Selasa, 14 September 2010

Beda kamera canggih dengan pemula

Kamera yang canggih biasanya memiliki kualitas badan kamera yang lebih tahan banting karena sebagian besar terbuat dari logam, sedangkan kamera pemula biasanya terbuat dari plastik sehingga lebih ringan dan kecil.

Kamera yang canggih juga memiliki kecepatan tembak yang lebih cepat. Misalnya, bisa menembak lima sampai delapan foto per detik dibandingkan kamera pemula yang biasanya hanya bisa menembak sekitar tiga foto per detik.

Top LCD screen on top of Nikon D90

Top LCD screen on top of Nikon D90

Kamera canggih biasanya juga memiliki dua layar LCD, satu di belakang dan satu diatas. Fungsi layar LCD yaitu memudahkan kita untuk melihat setting-setting utama kamera, terutama di bawah sinar matahari.

Lalu, kamera canggih memiliki jendela bidik yang lebih besar dan lebih jelas sehingga lebih memudahkan komposisi dan manual fokus.

Apakah kamera canggih selalu lebih baik daripada kamera pemula?

Meski kamera canggih biasanya lebih baik dari kamera pemula. Kadangkala, kamera pemula merupakan pilihan yang lebih baik bila kamera canggih terlalu berat dan mengambil banyak tempat untuk perjalanan jauh. Atau Anda baru belajar fotografi sehingga kamera canggih mungkin dapat membingungkan Anda.

Kadang kala, ada kamera canggih harganya lebih murah dari kamera pemula, misalnya Canon 40D termasuk kamera canggih, tapi lebih murah daripada Canon 550D karena Canon 40D adalah kamera keluaran beberapa tahun yang lalu.

Mode dalam kamera digital SLR

Dalam artikel ini saya ingin menjelaskan perbedaan mode dalam digital SLR dan perbedaannya.

Auto ([ ]) = Ini mode otomatis, seperti ketika kita pakai kamera saku. Kamera akan mengukur cahaya, menginterpretasikannya dan kemudian mengatur setting secara otomatis. Ketika kamera merasa kondisi lingkungan kurang terang, maka kamera akan otomatis menyalakan flash untuk mengkompensasi kekurangan tersebut.

Pengalaman saya: Saya tidak pernah mengunakan mode ini, dan saya tidak sarankan Anda untuk mengunakannya, terutama bila Anda mengerti tentang fotografi.

P atau program mode = Seperti model Auto, kamera akan menentukan setting yang paling sesuai. Seperti model Auto, kamera akan menentukan setting yang paling sesuai. Kemudian Anda bisa mengubah nilai bukaan atau shutter speed. Kamera ini tidak akan mengunakan flash meskipun kondisi lingkungan cukup gelap.

Pengalaman saya: Saya jarang sekali mengunakan mode ini.

A / Av atau Aperture priority = Kita menentukan besarnya bukaan / aperture lensa, dan kamera menentukan shutter speed (kecepatan).

Pengalaman saya: Mode ini termasuk mode favorit saya, karena saya suka menentukan depth of field (bagian yang fokus dan tidak). Contoh, bila saya sedang memotret foto orang, dan saya ingin latar belakangnya kabur, maka saya akan mengeset bukaan f/2.8 atau f/1.4. sedangkan kalau saya sedang memotret foto grup atau pemandangan, dan saya ingin semua dalam fokus, maka saya set bukaan f/8 atau f/16. Dengan mengendalikan bukaan saya tidak perlu repot repot menentukan shutter speed atau ISO.

Aperture / Bukaan juga menentukan berapa banyak cahaya masuk. Jika saya berada ditempat yang gelap dan memerlukan lebih banyak cahaya, saya akan memperbesar bukaan (mengecilkan angka bukaan), supaya lebih banyak cahaya masuk.

Yang perlu diperhatikan dalam mode ini adalah bila cahaya lingkungan gelap, sehingga kamera terpaksa mengeset shutter speed yang rendah/lama. Hal ini dapat menimbulkan gambar yang kabur karena kamera goyang saat merekam gambar. Untuk itu, solusinya memakai tripod, atau mengkompensasi dengan menaikkan ISO.

S /TV atau Shutter priority = Kita menentukan berapa cepet shutter speed, lalu kamera menentukan bukaan, dan ISO (bila posisi di Auto ISO). Setting ini dipakai kalau kita ingin mendapatkan efek freeze (beku) atau efek motion (gerak).

Kalau kita set shutter speed tinggi seperti 1/640 detik, maka hasilnya gerakan orang atau benda yang sedang bergerak menjadi beku, sebaliknya kalau kita set 1/15 detik atau lebih rendah lagi benda/orang yang bergerak, maka kita akan menangkap motion blur. Teknik ini cocok untuk merekam gerakan air di pantai, gerakan air terjun ataupun merekam cahaya mobil yang lewat di malam hari. Seperti aperture, shutter speed juga mempengaruhi banyak sedikitnya cahaya yang masuk.

M atau Manual Exposure = Di mode ini, kita menentukan setting bukaan dan shutter speed.
Pengalaman saya: Manual mode biasa saya pakai kalau memang saya mau mendapatkan hasil tertentu, contohnya bila saya ingin hasil foto agak gelap (low key fotografi) jadi hasil akhirnya agak misterius, dramatis. Saya juga pakai manual fokus bila ingin bikin siluet dari sebuah objek.

Saya juga sering memakai manual mode ketika kondisi ruangan / lingkungan berganti2 intensitas cahayanya sehingga membingungkan kamera. Contoh seperti di konser, lampunya menyala dengan intesitas dan arah yang berubah-ubah, kadang sangat terang, kadang sangat gelap. Manual modelah satu2 solusinya.

Untuk mengecek apakah gambar yang diambil sudah maksimal, kita bisa melihat hasil akhir atau histogram.

Setting bukaan dan shutter speed akan saya ganti sesuai dengan perubahan cahaya, misalnya bila cahayanya tiba2 meredup, langsung saya set bukaan digedein atau shutter speed dilambatin atau menaikkan ISO.

Manual juga sering saya pakai kalau kondisi cahaya lingkungan konstan. Misalnya ketika pertandingan basket sekolah di dalam ruangan. Lampu-lampunyanya konstan. Pada saat tersebut, saya tinggal set aja bukaan, kecepatan dan ISO sebelum pertandingan dimulai, dan saya akan pakai sepanjang pertandingan, mudah bukan?

Penutup
Tentunya, selera dan gaya pemakaian tiap orang berbeda-beda, yang penting jangan takut coba-coba dan latihan sehingga Anda bisa memahami dan bisa mengunakan mode-mode kamera DSLR ini secara maksimal.

Catatan, mode-mode ini juga banyak ditemui di kamera non-DSLR, seperti superzoom dan kamera saku advance.

Kamera digital SLR memang tidak sebanyak model kamera saku, merek yang beredar juga bisa dihitung dengan jari. Tapi jumlah kamera dSLR cukup banyak untuk memusingkan pembeli. Artikel ini mencoba untuk memberikan pengertian tentang tipe tipe kamera dSLR berdasarkan target audiens yang ada di pasaran saat ini. Dalam artikel ini saya akan mengunakan generalisasi sehingga ada beberapa pengecualian.

Kamera pemula Canon ini sangat populer dalam 5 tahun terakhir

Kamera pemula Canon ini sangat populer dalam 5 tahun terakhir

Kamera dSLR untuk pemula
Kamera ini ditujukan untuk pembeli kamera dSLR pertama, baik pengguna kamera saku atau belum pernah memiliki kamera digital. Dibanding kamera yang lebih mutakhir, kamera ini didesain supaya “user-friendly” atau mudah digunakan. Badan kamera pun biasanya ringan dan kecil relatif dengan kamera dSLR lainnya. Selain itu tersedia pula banyak otomatis “preset scene mode” sehingga pengguna yang tidak mengetahui dasar fotografi bisa dengan mudah mengambil foto sesuai dengan kondisi yang ada. Misalnya bila foto di malam hari, tinggal mengunakan night scene. Harga juga membedakan kamera pemula dengan kamera lainnya. Kamera pemula tentunya cenderung lebih murah daripada kamera yang lebih canggih.
Contoh: Canon 450D, Nikon D60, Olympus E-450, Sony A230, Pentax k-m

Kamera kelas menengah
Kamera ini ditujukan untuk orang yang memiliki hobi dalam fotografi dan setidaknya menguasai dasar-dasar fotografi. Ciri-ciri kamera ini adalah berukuran lebih besar dan konstruksi badan kamera lebih baik dari kamera pemula. Scenes mode seperti yang terdapat dalam kamera pemula biasanya tidak ada lagi. Banyak juga tombol tombol khusus untuk mempermudah dan mempercepat setting kamera.
Contoh: Nikon D90, Sony A380, Pentax k200d, Olympus E-30, Olympus E-620

Kamera untuk merekam video
Kamera ini dirancang untuk memiliki fitur untuk merekam video, meski belum banyak, namun kamera semacam ini akan muncul dari kamera pemula sampai kamera pro.
Contoh: Canon 5D mark II, Panasonic GH1, Canon T1i, Nikon D5000

Kamera Pro untuk Sports dan fotojurnalistik
Kamera ini dirancang untuk bisa mengambil gambar dengan kecepatan tinggi, setidaknya dapat mengambil gambar lima sampai sepuluh gambar per detik. Biasanya ukuran dan berat kamera dua kali lipat lebih besar daripada kamera. pemula. Kamera tipe ini pada umumnya memiliki kemampuan untuk meredam noise pada ISO tinggi. Sehingga foto yang diambil di saat gelap tetap memiliki kualitas yang baik. Maka dari itu kamera ini juga ideal untuk wartawan foto. Kualitas bodi kamera juga sangat baik, tahan banting dan cuaca. Harganya berkisar antara $1200 sampai $4500.
Contoh: Nikon D3, Nikon D300, Canon 50D, Canon 1D mark III, Sony A700

Kamera Pro Studio
Kamera ini dipakai untuk profesional yang menghendaki resolusi foto yang besar dengan kualitas gambar yang terbaik. Sama dengan kamera pro untuk sports, kamera ini memiliki badan yang cukup besar tapi sangat tangguh. Harga mulai dari $3000 sampai $7000
Contoh: Nikon D3X, Canon 5D mark II, Sony A900, Canon 1Ds mark II

Tipe Kamera

Merek Pemula Menengah Video Sports Studio
Canon 1000D 450D 50D 500D 5D mkii 1d mkiii 1ds mkiii
Nikon D60 D90 D90 D5000 D3 / D300 D3X
Sony A230 A330 / A380 --- A700 A900
Pentax K1000 K200D K20D / K7 K7 K7 ---
Olympus E-450 E-520 E-620 E-30 --- E-3 ---
Olympus m43 E-P1 --- E-P1 --- ---
Panasonic G1 --- GH1 --- ---

Sekian tipe-tipe kamera yang ada di pasaran dan semoga membantu Anda menentukan kamera yang cocok.

Minggu, 05 September 2010

Fotografer profesi yang buruk?

Baru baru ini Koran Wall Street Journal mengeluarkan laporan tentang 200 profesi di Amerika dari yang terbaik sampai terburuk. Kriteria penilaian tergantung kepada beberapa hal, antara lain lingkungan kerja, pendapatan, tingkat stres dan penggunaan kekuatan fisik.

Dari laporan tersebut, saya menemukan bahwa profesi fotografer ternyata berada di posisi ke-126 dan wartawan foto / fotojurnalis berada di posisi yang cukup menggenaskan yaitu ke-189. Ini berarti profesi fotojurnalis hanya lebih baik 1 tingkat dari profesi tukang jagal.

Sedangkan profesi populer seperti akunting atau aktuaris (penghitung resiko untuk perusahaan ansuransi / bank) menduduki posisi top 10.

Lalu pertanyaan yang saya lontarkan kepada diri sendiri adalah, apakah memang profesi fotografi begitu buruknya?

Hari ini saya mendapatkan jawabannya. Pada umumnya, manusia bekerja untuk mendapatkan kebahagiaan hidup, dan budaya dunia sekarang ini menilai bahwa pekerjaan yang terbaik adalah yang menghasilkan banyak uang, dan yang tidak memerlukan banyak tenaga fisik dan rendah stres.

Benar, bahwa hidup kita bisa lebih nyaman bila kita memiliki pekerjaan yang tidak memerlukan banyak tenaga fisik dan menghasilkan banyak uang, tapi uang tidak bisa membeli atau meningkatkan kualitas kehidupan di jangka panjang. Sebenarnya, manusia paling bahagia ketika mereka berkesempatan meningkatkan ilmu dan ketrampilan dan juga menjalani hidup yang cukup menantang.

Bila tidak ada tantangan, dan tidak ada peningkatan ilmu, maka hidup akan menjadi bosan. Meski kebosanan bisa dihentikan sementara dengan menghabiskan uang untuk membeli barang yang disukai atau untuk hiburan lainnya, tapi kesenangan tersebut tidak akan bertahan lama. Orang tersebut tidak akan mencapai kebahagiaan dalam hidup dan pekerjaannya, yang ada cuma rutinitas yang membosankan.

Profesi fotografer dan fotojurnalis adalah profesi memerlukan ketrampilan yang cukup kompleks dan tinggi. Biarpun demikian, setiap orang bisa belajar langkah demi langkah menjadi lebih baik dari waktu ke waktu. Dengan meningkatknya pengetahuan dan ketrampilan fotografi dan bisnis, orang tersebut merasakan kebahagiaan dalam setiap langkah dalam hidupnya.

Fotografer dan terutama fotojurnalis juga sering dituntut untuk memiliki fisik dan prima dan tidak jarang menerima stres/tekanan karena harus menepati tenggat waktu (deadline). Tuntutan-tuntutan tersebut adalah tantangan yang positif. Dengan adanya tantangan, kita bisa lebih maju dan bahagia. Tanpa tantangan, kita malas meningkatkan diri dan cepat bosan.

Oleh karena itu, profesi fotografer dan fotojurnalis seharusnya menempati posisi yang lebih tinggi di laporan tersebut. Sayangnya, budaya hedonistik (mementingkan kesenangan indra sesaat) mendikte manusia jaman sekarang memilih pekerjaan yang mudah dan yang berpotensi menghasilkan uang banyak. Tapi sayangnya, pilihan tersebut mungkin tidak akan membawa kebahagiaan dalam hidup.

Belajar Fotografi

Meskipun cukup rumit, fotografi bisa dipelajari siapa saja, tua maupun muda, lelaki maupun perempuan, orang barat maupun timur. Ada beberapa jalur dalam belajar fotografi tapi yang populer yaitu jalur formal atau pendidikan, dan jalur informal yaitu secara otodidak.

Jalur pendidikan formal yaitu mempelajari fotografi di sekolah atau kuliah. Jalur pendidikan informal yaitu mempelajari fotografi dengan usaha sendiri, misalnya belajar dari orang yang lebih menguasai fotografi, membaca buku, atau dengan latihan sendiri.

Lalu jalur mana yang terbaik? Sulit menentukan yang terbaik untuk setiap orang. Menurut fakta di lapangan, jalur apapun bisa mengantar Anda menjadi fotografer yang mahir namun Anda perlu mengetahui kelebihan dan kekurangan tiap jalur sehingga bisa memilih yang paling cocok untuk Anda.

Jalur pendidikan formal biasanya memerlukan biaya cukup besar dan waktu yang tidak fleksibel. Tetapi banyak kelebihan dalam menempuh pendidikan formal dalam fotografi. Pertama, Anda memiliki seorang mentor/guru yang dapat membimbing Anda sehingga proses belajar menjadi lebih efektif. Kedua, Anda dituntut disiplin dalam mengerjakan tugas. Ketiga, Anda akan belajar tentang konsep dan sejarah fotografi. Mungkin hal terakhir ini yang membedakan antara fotografer yang belajar di jalur formal dan informal. Dengan menguasai konsep fotografi dan memahami sejarah fotografi, hasil karya akan lebih efektif mengkomunikasikan atau mengekspresikan apa yang ingin Anda sampaikan. Selain itu Anda juga dapat mengapresiasi karya fotografer lain.

Jalur pendidikan informal merupakan jalur yang sangat populer karena tidak diperlukan biaya dan waktu belajar fleksibel tergantung dari banyaknya waktu yang kita miliki. Fotografer yang belajar secara otodidak menghabiskan waktu untuk latihan foto sendiri, membaca buku / artikel di internet atau belajar dari teman atau klub fotografi. Kelemahan jalur ini adalah kecenderungan kita menjadi tidak disiplin, tidak ada guru pembimbing sehingga bila kita kesulitan, relatif sulit mencari bantuan. Ketiadaan guru juga menjadi masalah ketika kita harus evaluasi karya foto kita. Maka dari itu pentingnya menjadi mentor, seorang yang lebih ahli dari kita untuk membantu perkembangan ilmu fotografi kita.

Karena dalam jalur informal kita dapat memilih jenis fotografi yang kita suka secara langsung, maka waktu belajar menjadi lebih efisien dan kita lebih terasah dalam belajar bidang tersebut. Sedangkan dalam jalur informal, kita diharuskan untuk belajar berbagai jenis fotografi tidak peduli apakah kita menyukai jenis fotografi tersebut atau tidak. Contohnya, kita menyukai foto potret, tapi dalam kelas fotografi, kita juga diharuskan untuk belajar foto produk dan foto makro.

Selain jalur diatas, kita juga bisa belajar fotografi dengan menghadiri workshop dan seminar fotografi untuk mengisi apa yang kurang dari ilmu fotografi kita. Belajar dari jalur ini kurang lebih merupakan campuran dari jalur formal dan informal. Yang perlu diperhatikan bagi yang menyukai workshop dan seminar adalah materi acara dan reputasi pembicara. Banyak event organizer yang menyelenggarakan workshop dan seminar dengan tujuan mengambil keuntungan sebanyak-banyaknya sehingga kualitas materi dan pembicaranya jauh dari standar. Selain itu, kadangkala, workshop diadakan untuk memamerkan karya fotografer, bukan untuk mendidik sehingga setelah selesai mengikuti workshop, peserta tidak merasa mendapatkan ilmu baru. Untuk itulah diperlukan penelitian terlebih dahulu sebelum mengikuti workshop atau seminar, sehingga Anda mendapatkan apa yang Anda inginkan, baik ilmu maupun sumber inspirasi.

Lalu jalur pendidikan mana yang paling ideal? Setiap orang memiliki interes yang berbeda-beda dan memiliki kebutuhan khusus. Saya harapkan dengan adanya artikel ini dapat membantu menentukan jalur pendidikan yang paling cocok untuk Anda.

Tipe Fotografer

Sudah merupakan sifat alami manusia untuk memilah-milah dan mengkategorikan mahkluk hidup, benda mati dan sebagainya tidak terkecuali fotografer. Dalam dunia fotografi internasional dikenal beberapa istilah atau jenis fotografer menurut saya.

Amatir (Amateur)
Fotografer amatir adalah fotografer yang mencintai (passionate about) fotografi. Fotografer amatir tidak dibayar untuk berkarya, tapi karya mereka sering lebih baik daripada yang dibayar. Fotografer amatir sebagian besar tidak mendapat pendidikan fotografi secara formal. Mereka mendapatkan pengetahuan fotografi secara informal seperti dari teman, buku, internet dan sebagainya.

Profesional
Fotografer profesional adalah fotografer yang dibayar untuk melakukan tugas tertentu (assignment). Pekerjaan utama fotografer ini adalah fotografi. Tugas-tugas fotografer profesional antara lain seperti iklan, fashion, potret, produk atau event seperti pernikahan, ulang tahun dan sebagainya.

Banyak anggapan bahwa karya fotografer profesional pasti baik, tapi hal ini tidak tentu benar, karena karya fotografer dipengaruhi oleh keinginan pelanggan atau klien. Fotografer profesional juga tidak tentu memakai peralatan fotografi yang termahal. Mereka sangat mempertimbangkan ROI (return of investment). Apakah pembelian alat baru dapat meningkatkan daya saing atau penghasilan mereka? Bila tidak, mereka akan tetap mengunakan peralatan fotografi yang telah mereka miliki.

Teknikal
Fotografer ini lebih fokus di dalam mendokumentasi foto apa adanya daripada nilai seni. Contohnya adalah foto astronomi misalnya bulan, bintang, etc, foto makro / close up benda-benda kecil seperti barang-barang antik, batu mineral, kereta api dan sebagainya.

Casual / sehari-hari
Ini termasuk semua orang yang memiliki kamera dan mendokumentasikan momen dalam bentuk foto. Fotografer casual tidak memiliki pendidikan formal/informal tentang fotografi, contohnya seperti ibu yang mengambil foto anaknya. Atau seorang remaja mengambil foto temannya. Sebagian besar fotografer casual mengunakan kamera saku atau telepon selular.

Bukan fotografer
Orang yang bukan fotografer adalah orang yang tidak memiliki kamera atau alat untuk merekam gambar, atau orang yang memiliki kamera, tapi tidak pernah/hampir tidak pernah mengunakannya untuk mengambil foto dengan tujuan artistik maupun komunikasi. Mereka biasanya lebih tertarik untuk mengkoleksi alat fotografi atau melakukan pengukuran alat fotografi dan membandingkannya dengan alat fotografi lainnya.

Inilah empat kategori utama yang saya piker mewakili komunitas fotografi saat ini. Bila Anda memiliki tambahan, silahkan menambahkan atau memberikan pandangan.

Fotografi Pernikahaan

Fotografi pernikahan merupakan sesuatu yang cukup penting untuk sebagian besar orang, karena pernikahaan adalah suatu “rite of passage” atau gerbang menuju hidup baru. Maka dari itu pasangan yang akan menikah sebaiknya memikirkan hal ini baik-baik. Momen yang telah lewat, tidak dapat diulang lagi.

Maka dari itu, sebaiknya memilih fotografer yang mampu dan berpengalaman daripada fotografer jadi-jadian. Seseorang yang memiliki peralatan fotografi canggih, belum tentu dapat menghasilkan karya baik. Banyak elemen dalam fotografi pernikahaan ini yang mungkin mengejutkan fotografer yang kurang pengalaman.

Fotografi pernikahan itu berlangsung cukup lama, biasanya tidak kurang dari delapan jam. Dan biasanya jadwalnya sangat padat. Ini sangat menguras energi fotografer dan asisten. Selain itu, fotografer juga harus memilki sistem kerja. Tanpa sistem kerja yang baik, maka bila terjadi sesuatu hal seperti kamera gagal berfungsi, maka fotografer menjadi panik dan banyak momen foto yang terlewatkan.

Dalam memilih fotografer pernikahan, perlu dilihat gaya dari fotografer tersebut. Ada beberapa gaya yang populer, antara lain:

Gaya fotojurnalistik / candid / reportase
Gaya fotojurnalistik adalah gaya dimana fotografer mengabadikan momen-momen tanpa mengganggu jalannya pernikahan. Fotografi jenis ini menangkap emosi seperti kegembiraan, keharuan, dan lain-lain. Fotografer tidak mengatur pose dari kedua mempelai maupun keluarga dan tamu. Foto diambil apa adanya.

Sepuluh duapuluh tahun yang lalu, gaya ini tidak populer dan hanya segelintir orang yang menyukai gaya ini. Hal ini dimungkinkan karena orang saat itu “jaga image” dan selalu ingin terlihat cantik. Tapi beberapa tahun terakhir ini, gaya fotojurnalisme/candid menjadi cukup populer sampai fotografer yang tidak bergaya inipun ikut-ikutan mengiklankan diri sebagai fotografer candid.

Fotografer candid itu cukup sulit, karena diperlukan kejelian dan kecepatan yang tinggi. Karena tidak bisa memerintahkan subjek foto untuk berpose, maka bila momennya lewat, maka tidak akan bisa terulang kembali. Selain itu juga diperlukan kesabaran ekstra dalam menunggu momen yang pas.

Meski demikian, hasil foto gaya ini diakui banyak orang memiliki artistik yang lebih tinggi, dan juga bila dieksekusi secara benar, fotografer akan bisa menangkap intisari dan mampu menceritakan apa-apa yang terjadi dalam acara pernikahan tersebut. Berbeda dengan gaya lain, hasil fotojurnalistik ini memiliki kesan klasik dan “timeless.”

Gaya tradisional
Gaya tradisional adalah gaya dimana tujuan utama fotografer adalah mengambil gambar semua orang yang hadir. Biasanya fotografer bersifat sangat direktif yaitu meminta subjek fotonya untuk berpose sesuai keinginan fotografer tersebut.Foto gaya tradisional sangat diminati oleh satu generasi yang lampau karena mereka ingin mengetahui siapa-siapa saja yang hadir dalam pernikahan, dan ingin selalu tampil sempurna di atas foto. Karena itu, foto-foto gaya tradisional terkesan tidak alami.

Fotografer gaya ini biasanya memiliki kepintaran interpersonal (hubungan antar manusia) yang baik, sehingga bisa berinteraksi dengan klien dengan baik. Selain itu, peralatan fotografi yang dipakai juga cukup rumit dan besar, misalnya mengunakan tripod, beberapa lampu kilat dan juga penyangganya.

Gaya Kombinasi (Dokumentari)
Gaya ini adalah perpaduan antara gaya tradisional dan gaya fotojurnalisme. Tujuan fotografer dalam adalah meliput acara pernikahan secara detil, baik elemen-elemen pernikahaan seperti dekorasi bunga, makanan, dan orang-orang yang terlibat di dalamnya. Fotografer juga mengabadikan momen-momen candid tapi tidak se fokus dan se alami yang ditangkap oleh fotografer candid. Berbeda dengan gaya candid, fotografer dengan gaya ini banyak memberikan instruksi kepada subjek fotografinya untuk berpose atau melakukan sesuatu aktifitas.

Gaya ini cukup populer dan menjadi kompromi bagi pasangan yang ingin memiliki foto bergaya tradisional/formal maupun fotojurnalistik. Fotografer bergaya ini memerlukan kemampuan interpersonal yang tinggi dan juga kreatifitas diatas rata-rata.

Memilih fotografer pernikahan yang ideal memang kompleks, tapi bila Anda mencari dan memeriksa karya-karya calon fotografer pernikahan Anda dengan teliti, maka Anda akan menemukan yang pas dengan selera dan anggaran Anda.